Sabtu, 24 November 2012

Perkembangan Pola Pikir Manusia


1. Rasa Ingin Tahu (Kuriositas)
Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu yang ada pada diri manusia. Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas dari manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Misalnya: air dan udara bergerak bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal. Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik perikehidupan monyet-monyet itu ternyata kehendak mereka untuk mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang jaman atau yang oleh Asimov (1972) disebut sebagai ‘idle curiousity’ atau ‘instink’. Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya (Hendro Darmojo, 1999 : 3).
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk mengenal, memahami dan  menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi  sehingga manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Menurut  Maskoeri Jasin (1999 : 2) manusia memiliki rasa ingin tahu (kuriositas) yang berkembang sepanjang zaman. Setelah tahu tentang apanya, mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa? Manusia mampu mengkombinasikan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Misalnya tempat tinggal manusia yang semakin berkembang dari zaman ke zaman, sedangkan tempat tinggal hewan bersifat tetap.
2. Mitos
Perkembangan selanjutnya manusia berusaha memenuhi kebutuhan non fisik atau alam pikirannya, jadi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Pada manusia  kuno untuk memuaskan diri mereka mencoba membuat jawaban  sendiri atas permasalahan yang dihadapinya (Hendro Darmojo, 1999 : 4). Misalnya:
Apakah pelangi itu? Mereka menjawab: pelangi adalah selendang bidadari.
Mengapa gunung meletus? Mengapa ada ombak besar? Mereka menjawab: bahwa yang berkuasa lagi marah.
sehingga dengan menggunakan logika pada masa itu muncul pengetahuan baru yang berkuasa pada lautan, gunung, hutan, dan lain-lain.
Dengan berdasarkan kepercayaan yang mereka anut pada masa itu dan  ditambah dengan pengalaman yang mereka alami maka lahirlah suatu pengetahuan baru yang disebut dengan mitos. Cerita-cerita tentang mitos disebut dengan legenda (Maskoeri Jasin, 1999 : 3). 
Mitos menurut  Mawardi (20007 : 14) dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a. Keterbatasan pengetahuan  yang disebabkan oleh keterbatasan penginderaan, baik langsung maupun dengan alat,
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu,
c. Terpenuhi hasrat ingin tahunya.
Puncak hasil pemikiran mitos adalah pada zaman Babylonia kira-kira 700 – 600 SM. Pendapat orang Babylonia tentang alam semesta antara lain bahwa  alam semesta sebagai ruang ½ bola dengan bumi yang datar sebagai lantai dan langit dengan bintang-bintang sebagai atap. Yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan 1 tahun (1 kali peredaran matahari) = 365,25 hari. Selain itu juga muncul pengetahuan tntang rasi-rasi bintang seperti rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan lain-lain. Pengetahuan dan ajaran orang Babylonia terdiri dari dugaan, imajinasi, kepercayaan/mitos yang melahirkan pengetahuan dengan nama Pseudo Science /sains palsu (Maskoeri Jasin, 1999 : 4).
3. Penalaran
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan makin sempurna misalya teropong bintang yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin ditinggalkan orang dan mereka cenderung berpikir secara logis dengan menggunakan akal sehat (rasio).
Tokoh-tokoh Yunani yang dianggap sebagai pelopor perubahan pola berpikir masa itu antara lain adalah:
a. Anaximander ( 610 – 546 SM)Seorang pemikir yang sezaman dengan Thales berpendapat bahwa alam semesta yang kita lihat berbentuk seperti bola dan bumi sebagai pusatnya. Selain itu dia juga mengajarkan pembuatan jam matahari dengan menegakkan sebuah tongkat di atas bumi yang horizontal dan menentukan bayangan tongkat itu menjadi petunjuk waktu dan juga titik balik matahari.
b. Anaximenes (560 – 520 SM)Dia melahirkan teori pertama tentang transmutasi unsur-unsur, yang menyatakan bahwa unsur dasar pembentukan semua benda adalah air. Bila merenggang akan menjadi api atau gas, sedangkan bila memadat akan menjadi tanah.
c. Herakleitos (560 – 470 SM)Dia berpendapat bahwa apilah yang menyebabkan transmutasi itu, tanpa api  benda-benda akan tetap seperti adanya.
a.       Pythagoras  (± 500 SM)
-          Unsur dasar semua benda sebenarnya ada 4: tanah, api, udara, dan air.
-          Bumi bulat dan berputar, karena itu seolah-olah  benda-benda alam lainnya   termasuk matahari  mengelilingi bumi.
-           Melahirkan dalil Pythagoras dalam ilmu matematika: kuadrat sisi miring suatu segitiga   siku-siku samadengan jumlah kuadrat kedua siku-sikunya    ( c2= a2 +   b2 )    
-           Pernyataan bahwa jumlah sudut suatu segitiga adalah 180ยบ
b.      Demokritos (460 – 370 SM)
Bagian terkecil dari suatu benda yang tidak bisa dibagi-bagi lagi disebut atomos atau atom.
c.       Empedokles (480 – 430 SM)
Menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang empat unsur dan memperkenalkan tenaga penyekat/daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak yang dapat mempersatukan atau memishkan unsur-unsur itu.
d.      Plato (427-345 SM)
Mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya yang materialistik. Menurut Plato, keanekaragaman yang nampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial.
e.      Aristoteles ( 348 – 322 SM)
-          Berhasil membukukan intisari dari ajaran para ahli sebelumnya dan membuang hal-hal   yang tidak masuk akal.
-          Adanya   zat   tunggal  yang  disebutnya    ‘hule’   bentuknya  tergantung  dari kondisinya,    bisa    berbentuk    tanah,   air,   udara    atau   api.    Transmutasi  disebabkan oleh keadaan dingin,  lembab, panas dan kering.
-          Tidak  ada  ruang  yang hampa,  bila suatu ruang  tidak terisi oleh benda   akan  diisi oleh   sesuatu yang immaterial yaitu ether.
-          Ajaran yang terpenting adalah suatu pola   berpikir dalam   memperoleh   kebenaran berdasarkan logika.

f.        Ptolomeus (127 – 151 M)
Teori ‘geosentris’ menyatakan bahwa bumi sebagai pusat dari tatasurya, berbentuk bulat, diam seimbang tanpa tiang penyangga.             
g.       Ilmuwan dalam dunia Islam yakni:
-          Avicenna (Ibn-Shina abad 11) seoranng ahli di bidang kedokteran dan filosof.
-          Al-Biruni, Al-Gazali, Ibn-Rush, dan Omar Khayam pada abad 11.
-          Al-Khawarizzini, Al-Farghani, dan Al-Batani pada abad 9.
-          Al-Kindi dan Al-Farabi pada abad 10.
Pada abad 9 – 11 semua ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Setelah itu secara bertahap diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan sedikit dalam bahasa Ibrani. Pada waktu itulah ilmu pengetahuan dan kebudayaan Arab merupakan kebudayaan internasional yang tersebar jauh ke Barat yaitu Maroko dan Spanyol, yang terkenal dengan pusat perpustakaan dan Masjid Al-Hambra, Cordova (Spanyol).
h.      Nikolas Kopernicus (1473 – 1543 M)
Melahirkan teori ‘heliosentris’ yang menyatakan bahwa:
-          Matahari sebagai pusat dari tata surya dan bumi adalah salah satu dari planet.
-          Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
-          Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam.
i.         Johannes Kepler (571-1630 M)
-          Orbit dari semua planet berbentuk elips.
-          Bila ditarik garis imaginasi dari planet ke matahari, dan sementara itu ia        bergerak  menurut garis edarnya, maka luas bidang yang ditempuh pada        jangka waktu yang sama adalah sama.
-          Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi   matahari secara penuh adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.

j.        Galileo (1564 – 1642 M)
-          Membenarkan teori heliosentris walaupun bertentangan dengan pandangan penguasa.
-          Menemukan ada empat buah bulan mengelilingi Jupiter dan cincin Saturnus.
-          Terdapat gunung-gunung di bulan dan suatu bintik hitam di matahari yang sangat  penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari.
-          Menemukan kelompok taburan bintang yang disebut ‘Milky Way’ atau Bima Sakti.
Masa dari Nikolas Copernikus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menetapkan kebenaran berdasarkan eksperimen. (Mawardi, 2007 : 15 – 20 ;Hendro Darmojo, 1999 : 11-15 ; Maskoeri Jasin, 1999 : 5-9)

4.       Metode Ilmiah
a.       Lahirnya Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa manusia melalui pancainderanya memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk gejala di alam semesta, merupakan suatu pengalaman yang berakumulasi membentuk pengetahuan. Penambahan pengetahuan menurut Maskoeri Jasin (1999 : 9 ) didorong oleh dua faktor yaitu:
1)      Dorongan untuk memuaskan diri, bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan isinya, yang melahirkan ilmu pengetahuan murni.
2)      Dorongan praktis, memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi, yang melahirkan ilmu terapan.
Menurut Hendro Darmojo (1999 : 22) pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan tersebut memenuhi empat syarat yaitu :
·         Objektif  artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya.
·         Metodik artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
·         Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, berkaitan  satu dengan lainnya sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
·         Berlaku universal, artinya pengetahuan itu berlaku untuk semua orang.
Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang obyeknya, dan kebenaran itu bersifat dalam serta mempunyai  persesuaian. Untuk mencapai kebenaran yakni pesesuaian antara pengetahuan dan obyeknya tidak terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah/scientific method (Maskoeri Jasin, 1999 : 10).

b.      Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Adapun langkah-langkah operasional dalam metode ilmiah adalah:
1)      Perumusan masalah: yang merupakan pertanyaan (apa, mengapa, atau bagaimana) tentang objek yang diteliti. Masalah harus jelas batas-batasnya serta dikenal  faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2)      Penyusunan hipotesis: yakni suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban (jawaban sementara) untuk memecahkan masalah yang ditetapkan.
3)      Pengujian hipotesis: yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis, dapat diperoleh melalui pengamatan langsung atau melalui uji coba (eksperimen), kemudian fakta-fakta tersebut dikumpulkan melalui penginderan.
4)      Penarikan kesimpulan; yang didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar