1. Rasa Ingin
Tahu (Kuriositas)
Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu yang ada pada diri
manusia. Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu, yang
merupakan ciri khas dari manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Misalnya: air dan udara bergerak bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat
dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal. Bagaimana dengan monyet yang begitu
pandai? Bila kita perhatikan baik-baik perikehidupan monyet-monyet itu ternyata
kehendak mereka untuk mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin
tahu yang tetap sepanjang jaman atau yang oleh Asimov (1972) disebut sebagai ‘idle
curiousity’ atau ‘instink’. Instink itu berpusat pada satu hal saja
yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya (Hendro Darmojo, 1999 : 3).
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta
berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi
sehingga manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Menurut Maskoeri Jasin (1999 : 2)
manusia memiliki rasa ingin tahu (kuriositas) yang berkembang sepanjang zaman.
Setelah tahu tentang apanya, mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa?
Manusia mampu mengkombinasikan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru
sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Misalnya tempat tinggal manusia yang
semakin berkembang dari zaman ke zaman, sedangkan tempat tinggal hewan bersifat
tetap.
2. Mitos
Perkembangan selanjutnya manusia berusaha memenuhi kebutuhan non fisik atau
alam pikirannya, jadi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa
ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Pada manusia kuno untuk
memuaskan diri mereka mencoba membuat jawaban
sendiri atas permasalahan yang dihadapinya (Hendro Darmojo, 1999 : 4).
Misalnya:
Apakah pelangi itu? Mereka menjawab: pelangi adalah selendang bidadari.
Mengapa gunung meletus? Mengapa ada ombak besar? Mereka menjawab: bahwa
yang berkuasa lagi marah.
sehingga dengan
menggunakan logika pada masa itu muncul pengetahuan baru yang berkuasa pada
lautan, gunung, hutan, dan lain-lain.
Dengan berdasarkan kepercayaan yang mereka anut pada masa itu dan ditambah dengan pengalaman yang mereka alami
maka lahirlah suatu pengetahuan baru yang disebut dengan mitos. Cerita-cerita tentang mitos disebut dengan legenda (Maskoeri Jasin, 1999 : 3).
Mitos menurut Mawardi (20007 : 14)
dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan
penginderaan, baik langsung maupun dengan alat,
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu,
c. Terpenuhi hasrat ingin tahunya.
Puncak hasil pemikiran mitos adalah pada zaman Babylonia kira-kira 700 –
600 SM. Pendapat orang Babylonia tentang alam semesta antara lain bahwa alam semesta sebagai ruang ½ bola dengan bumi
yang datar sebagai lantai dan langit dengan bintang-bintang sebagai atap. Yang
menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari
dan menetapkan perhitungan 1 tahun (1 kali peredaran matahari) = 365,25 hari.
Selain itu juga muncul pengetahuan tntang rasi-rasi bintang seperti rasi
scorpio, virgo, pisces, leo, dan lain-lain. Pengetahuan dan ajaran orang
Babylonia terdiri dari dugaan, imajinasi, kepercayaan/mitos yang melahirkan pengetahuan
dengan nama Pseudo Science /sains
palsu (Maskoeri Jasin, 1999 : 4).
3. Penalaran
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan
pengamatan makin sempurna misalya teropong bintang yang semakin sempurna, maka
mitos dengan berbagai legenda makin ditinggalkan orang dan mereka cenderung
berpikir secara logis dengan menggunakan akal sehat (rasio).
Tokoh-tokoh Yunani yang dianggap sebagai pelopor perubahan pola berpikir masa
itu antara lain adalah:
a. Anaximander ( 610 – 546 SM)Seorang pemikir yang
sezaman dengan Thales berpendapat bahwa alam semesta yang kita lihat berbentuk
seperti bola dan bumi sebagai pusatnya. Selain itu dia juga mengajarkan
pembuatan jam matahari dengan menegakkan sebuah tongkat di atas bumi yang
horizontal dan menentukan bayangan tongkat itu menjadi petunjuk waktu dan juga
titik balik matahari.
b. Anaximenes (560 – 520 SM)Dia melahirkan teori
pertama tentang transmutasi unsur-unsur, yang menyatakan bahwa unsur dasar
pembentukan semua benda adalah air. Bila merenggang akan menjadi api atau gas,
sedangkan bila memadat akan menjadi tanah.
c. Herakleitos (560 – 470 SM)Dia berpendapat bahwa
apilah yang menyebabkan transmutasi itu, tanpa api benda-benda akan tetap seperti adanya.
a.
Pythagoras (± 500 SM)
-
Unsur
dasar semua benda sebenarnya ada 4: tanah, api, udara, dan air.
-
Bumi
bulat dan berputar, karena itu seolah-olah
benda-benda alam lainnya
termasuk matahari mengelilingi
bumi.
-
Melahirkan dalil Pythagoras dalam ilmu matematika: kuadrat sisi miring
suatu segitiga siku-siku samadengan
jumlah kuadrat kedua siku-sikunya ( c2=
a2 + b2 )
-
Pernyataan bahwa jumlah sudut suatu segitiga adalah 180ยบ
b.
Demokritos
(460 – 370 SM)
Bagian terkecil dari suatu benda yang tidak bisa
dibagi-bagi lagi disebut atomos atau atom.
c.
Empedokles
(480 – 430 SM)
Menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang empat
unsur dan memperkenalkan tenaga penyekat/daya tarik-menarik dan daya
tolak-menolak yang dapat mempersatukan atau memishkan unsur-unsur itu.
d.
Plato
(427-345 SM)
Mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda dengan
orang-orang sebelumnya yang materialistik. Menurut Plato, keanekaragaman yang
nampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan
immaterial.
e.
Aristoteles
( 348 – 322 SM)
-
Berhasil
membukukan intisari dari ajaran para ahli sebelumnya dan membuang hal-hal yang tidak masuk akal.
-
Adanya zat
tunggal yang disebutnya
‘hule’ bentuknya
tergantung dari kondisinya, bisa
berbentuk tanah, air,
udara atau api.
Transmutasi disebabkan oleh
keadaan dingin, lembab, panas dan
kering.
-
Tidak ada
ruang yang hampa, bila suatu ruang tidak terisi oleh benda akan diisi
oleh sesuatu yang immaterial yaitu
ether.
-
Ajaran
yang terpenting adalah suatu pola
berpikir dalam memperoleh
kebenaran berdasarkan logika.
f.
Ptolomeus
(127 – 151 M)
Teori ‘geosentris’ menyatakan bahwa bumi sebagai
pusat dari tatasurya, berbentuk bulat, diam seimbang tanpa tiang
penyangga.
g.
Ilmuwan
dalam dunia Islam yakni:
-
Avicenna
(Ibn-Shina abad 11) seoranng ahli di bidang kedokteran dan filosof.
-
Al-Biruni,
Al-Gazali, Ibn-Rush, dan Omar Khayam pada abad 11.
-
Al-Khawarizzini,
Al-Farghani, dan Al-Batani pada abad 9.
-
Al-Kindi
dan Al-Farabi pada abad 10.
Pada abad 9 – 11 semua ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani diterjemahkan
dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Setelah itu secara bertahap diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin dan sedikit dalam bahasa Ibrani. Pada waktu itulah ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Arab merupakan kebudayaan internasional yang tersebar jauh ke
Barat yaitu Maroko dan Spanyol, yang terkenal dengan pusat perpustakaan dan
Masjid Al-Hambra, Cordova (Spanyol).
h.
Nikolas
Kopernicus (1473 – 1543 M)
Melahirkan teori ‘heliosentris’ yang menyatakan
bahwa:
-
Matahari
sebagai pusat dari tata surya dan bumi adalah salah satu dari planet.
-
Bulan
beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
-
Bumi
berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan
malam.
i.
Johannes
Kepler (571-1630 M)
-
Orbit
dari semua planet berbentuk elips.
-
Bila
ditarik garis imaginasi dari planet ke matahari, dan sementara itu ia bergerak menurut garis edarnya, maka luas bidang yang
ditempuh pada jangka waktu yang
sama adalah sama.
-
Pangkat
dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi matahari secara penuh adalah sebanding
dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.
j.
Galileo
(1564 – 1642 M)
-
Membenarkan
teori heliosentris walaupun bertentangan dengan pandangan penguasa.
-
Menemukan
ada empat buah bulan mengelilingi Jupiter dan cincin Saturnus.
-
Terdapat
gunung-gunung di bulan dan suatu bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan rotasi
matahari.
-
Menemukan
kelompok taburan bintang yang disebut ‘Milky Way’ atau Bima Sakti.
Masa dari Nikolas Copernikus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai
permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menetapkan kebenaran berdasarkan
eksperimen. (Mawardi, 2007 : 15 – 20 ;Hendro Darmojo, 1999 : 11-15 ; Maskoeri
Jasin, 1999 : 5-9)
4.
Metode Ilmiah
a.
Lahirnya Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa manusia melalui
pancainderanya memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk gejala
di alam semesta, merupakan suatu pengalaman yang berakumulasi membentuk
pengetahuan. Penambahan pengetahuan menurut Maskoeri Jasin (1999 : 9 ) didorong
oleh dua faktor yaitu:
1)
Dorongan
untuk memuaskan diri, bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi
kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan isinya, yang
melahirkan ilmu pengetahuan murni.
2)
Dorongan
praktis, memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih
tinggi, yang melahirkan ilmu terapan.
Menurut Hendro Darmojo (1999 : 22) pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila
pengetahuan tersebut memenuhi empat syarat yaitu :
·
Objektif artinya pengetahuan itu sesuai dengan
objeknya.
·
Metodik
artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur
dan terkontrol.
·
Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, berkaitan satu dengan lainnya
sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
·
Berlaku
universal, artinya pengetahuan itu berlaku untuk semua orang.
Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang
obyeknya, dan kebenaran itu bersifat dalam serta mempunyai persesuaian. Untuk mencapai kebenaran yakni
pesesuaian antara pengetahuan dan obyeknya tidak terjadi secara kebetulan,
tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau
metode ilmiah/scientific method
(Maskoeri Jasin, 1999 : 10).
b.
Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Adapun langkah-langkah operasional dalam metode ilmiah adalah:
1)
Perumusan
masalah: yang merupakan
pertanyaan (apa, mengapa, atau bagaimana) tentang objek yang diteliti. Masalah
harus jelas batas-batasnya serta dikenal
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2)
Penyusunan
hipotesis: yakni suatu
pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban (jawaban sementara)
untuk memecahkan masalah yang ditetapkan.
3)
Pengujian
hipotesis: yaitu berbagai
usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis, dapat diperoleh
melalui pengamatan langsung atau melalui uji coba (eksperimen), kemudian
fakta-fakta tersebut dikumpulkan melalui penginderan.
4)
Penarikan
kesimpulan; yang
didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk
melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis yang
diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara
ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar